Entah mengapa saya melewatkan kedai kopi yang satu ini, padahal berada pada jalur Purbalingga Purwokerto via Padamara yang sering saya lewati. Sekalipun design interiornya tidak terlalu mewah akan tetapi judul-judul pada menu yang mereka tawarkan cukuplah mewah, bahkan susunan botol syrup Tofin yang tersusun menjulang cukup mengesankan saya. Karena tujuan saya hanya sekedar mampir dan untuk beristirahat setelah berburu kopi dari beberapa kabupaten di seputar Gunung Sindoro, Sumbing dan Slamet, maka waktu dialog saya dengan para punggawa Lava tidaklah cukup banyak, apa lagi saya dikejar waktu untuk meluncur ke Jogja besok siangnya, guna berkunjung di kedai kopi yang baru buka di Gowongan Kidul. Saya berharap diwaktu mendatang saya bisa berkunjung khusus untuk menikmai menu serta suasana Lava.
Kali ini saya mencoba menulis mengenai sejarah beberapa mesin espresso, yang saya ambil dari berbagai sumber. Semoga dapat membantu memperkaya pengetahuan kita bersama. Pada tahun 1884 usaha untuk pengajuan hak paten pertama kali diperjuangkan oleh Angelo Moribondo yang berasal dari Turin dan diperkenalkan pada tahun yang sama, dalam Pameran Umum di Taman Valentino. Hal tersebut adalah sebuah berkah untuk industrialisasi mesin espresso pada waktu itu, akan tetapi hak patent mesin espresso dalam dunia industrial mesin kopi pertama kali diterbitkan bagi Luigi Bezzera dari Milan, pada tahun 1901,. Bahkan, ia membuat suatu model atau design mesin yang kemudian menjadi model yang ditiru secara luas, di atas semua model mesin espresso rancangan pelopor lain dari periode, Desiderio Pavoni, yang mampu melihat potensi besar dari espresso, serta berjuang mengembangkan penjualan di bar publik dan kafe . Pada awal 1900-an, Pier teresio Arduino dari Turin menyadari bahwa dunia bar publi...