Atas ijin dan Berkah dari Gusti Allah ing kang murboing dumadi - Liburan Lebaran kali ini, diisi dengan berbagai macam jadwal kegiatan yang sangat menyenangkan sekaligus menguras tenaga dan beberapa kepeng dana. Mulai dari berburu kuliner disepanjang perjalanan dari Purwokerto menuju Home Stay Bu. Edy yang terkenal enak masakannya, hingga touring mengelilingi Gn. Merapi dari sisi barat - utara [Ketep pass hingga Selo] - timur dan dilanjutkan ke arah barat melalui Manisrengga bersambung ke Cangkringan hingga turun via m'Beran.. Sebenarnya selain touring atau jalan-jalan, kami sebenarnya sedang melakukan inventarisasi jalur-jalur alternatif dan jalur evakuasi, guna kami simpan untuk data base komunitas yang kami kelola, jika sewaktu-waktu dimasa mendatang sang. Merapi batuk kembali dan kami juga harus bergerak kembali.
Ada banyak pengalaman unik yang kami alami, salah satunya adalah bertemu dengan seorang ibu, yang menyediakan jasa toilet umum diseputaran Ketep, posisi toilet tersebut unik, dilereng perbukitan, atau bisa dikatakan mirip jurang yang cukup dalam, karena saya melihat Truck yang lewat dibawah, hanya sebesar mobil-mobilan hot wheel koleksi Angello.
Menuju ke toilet tersebut, saya menemukan tanaman kopi dengan jarak yang tidak beraturan di perbukitan yang dipenuhi dengan tanaman sayur-sayuran tersebut. Ibu tersebut bercerita kepada saya, bahwa dahulu ada orang yang membagikan bibit kopi tersebut kepada mereka untuk ditanam ditanah yang mereka miliki, sayangnya para petani disana tidak terlalu tertarik atau "concern" dengan pengembangan tanaman kopi tersebut, sehingga banyak yang dibiarkan tumbuh seadanya dan seringkali busuk dipohon atau rontok dengan sendirinya.
Saya mencoba memetiknya dan saya cukup heran karena menemukan kopi Arabica disana, ini sungguh menggembirakan, karena melihat jenis kopi yang telah ratusan tahun menjadi penguasa komoditas kopi dunia tumbuh disana. Saya mencari data ketinggian daerah tersebut, dan detik Travel menuliskan bahwa Ketep Passs memiliki ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Ketinggian yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman kopi Arabica tersebut. Ketika saya menjelaskan keunggulan dan nilai rupiah dari komoditas kopi Arabica, ibu-ibu tadi terperanjat dan terlihat merenung dalam, heeem ... semoga dapat memberi pencerahan dan memberikan mereka dorongan untuk membudidayakannya atau minimal merawat tanaman-tanaman tersebut dengan baik.
Setelah menikmati kesejukan Ketep Pass kami melanjutkan perjalanan kami menuju Selo - Boyolali dan berencana tetap mempertahankan rute jalan pedesaan yang berada di kaki Gn. Merapi. Dan sekali lagisi "White Dog" Daihatsu Xenia 1000 cc berkah dalem Gusti Allah, sekali lagi menunjukan keunggulannya, dengan isi bensin Rp 150 ribu dan AC menyala level 3, dia menelan setiap jalur berkelak-kelok, tanjakan tajam dan turunan tajam, jalanan yang rusak atau sedang dalam perbaikan dan mengantar kami hingga ke base dengan selamat, itupun masih sisa dua strip pada indikator fuelnya, thanks GOD !!! - besok menyusur jalur kearah suralaya sedang kami bidik, semoga menemukan kopi jawa asli "sangga langit" [kawin silang pada akar antara robusta dengan moca] - disana.