Untuk ngopi malam hari ini, saya memilih menyerahkan nasib up or down moodboosting saya pada sebuah coffee shop kecil di belakang Bank BNI cabang UNSUD - Purwokerto yang mengusung konsep manual brewing.
Sesampainya disana saya segera mendapatkan sambutan dari Mas. bro. Indra dan Dimas dengan keramahan khas yang memang seharusnya dimiliki oleh para barista yang memiliki jiwa "excellent servanthood". Sambutan mereka membuat saya cepat tune in dengan ritme pelayanan serta passion mereka pada kopi. Cara mereka memberikan penjelasan kepada saya, dan pola pelayanan dia yang mempermudah mereka mengingat nama customernya, membuat saya menjadi terkesan dan merasa di "uwongke" atau dihargai utuh sebagi pribadi yang unik dan diterima di coffee tersebut.
Saya segera memilih untuk menikmati kopi Flores Bajawa dengan manual brewing menggunakan Vietnam Drip ala Praketa yang unik. Keunikannya bukan terdapat pada alat atau perilaku brewing pada ground coffee nya, melainkan pemisahan antara cup kopi dengan susu. Ketika saya bertanya mengenai cara saji unik itu mereka memberikan alasan sederhana: "menyesuaikan selera pasar atau komunitas yang menjadi main customer mereka" - ini merupakan kebijaksanaan tersendiri, yaitu mencari konvergensi antara idealisme mereka dengan selera pasar "bravo !".
Metode mereka memang menjadikan rasa kopi hitamnya tetap asli, sehingga rasa unik Bajawapun tetap asli juga mengalir di lidah saya dengan kekentalan yang tinggi dan keasaman rendah, serta rasa manis alamiah yang beraroma sedikit mendekati coklat [sampai detik ini kalau blind test - saya masih sliding untuk penetapan rasa kopi2 khas Indonesia ini - maklum masih belajar].
Metode mereka memang menjadikan rasa kopi hitamnya tetap asli, sehingga rasa unik Bajawapun tetap asli juga mengalir di lidah saya dengan kekentalan yang tinggi dan keasaman rendah, serta rasa manis alamiah yang beraroma sedikit mendekati coklat [sampai detik ini kalau blind test - saya masih sliding untuk penetapan rasa kopi2 khas Indonesia ini - maklum masih belajar].
Hal menarik lainnya yang saya alami di Prakerta, adalah konsistensi standar pelayanan [menjelaskan kekuatan dan ciri rasa setiap kopi serta metode brewing yang akan dipilih] dan senyum ramah mereka berdua setiap ada pelanggan yang datang, telah mewujudkan atmosfer yang menjadikan Prakerta bak rumah ketiga [rumah pertama ya rumah keluarga inti kita, rumah kedua biasanya kantor / tempat kerja] untuk berbagi cerita dan menemukan persahabatan berkualitas keluarga.
Mas Indra dan Dimas malam ini telah
memberikan banyak hal yang berkaitan dengan ilmu kopi yang telah mereka kuasai dan ide-ide mereka
yang menjadi "main reason" berdirinya Prakerta Coffee Shop. Saya memiliki
"forecast" yang telah melihat benih-benih keberhasilan dari usaha mereka
dimasa mendatang, asalkan mereka tidak meluncur keluar dari passion yang
mereka pegang saat ini.