Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. Kopi Liberika dimasukkan ke Indonesia tahun 1875, sebagai usaha untuk mengatasi penyakit karat daun yang pada waktu itu telah menghancurkan perkebunan kopi di Indonesia dan Sri Langka. Jenis kopi Liberika berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika penyebarannya sangat cepat pada waktu kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab jenis kopi ini diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata tidak memenuhi harapan sehingga jenis kopi Liberika diganti dengan jenis kopi Robusta.
Jenis kopi Liberika umumnya kurang disukai oleh konsumen karena rasanya terlalu asam. Jenis Liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal sisa-sisanya yang masih ada di beberapa tempat. Jenis kopi Liberika memiliki sifat-sifat : tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon berukuran besar bila dibanding dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buahnya.
Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali. Bunga dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja, melainkan juga terdapat pada batang pokok dan berbuah sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
Besar kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah kopi Liberika berukuran besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah dengan biji kering 10 : 1. Kopi Liberika dapat tumbuh pada dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis kopi Liberika tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang istimewa. Tepung sari jenis kopi Liberika ringan maka penyerbukan silang dapat berlangsung melalui angin dan serangga.
Posisi kopi Liberica pada masa sekarang terjepit: Arabika yang rentan penyakit, tapi harganya melambung tinggi, dan Robusta yang tahan penyakit dan berharga murah yang selalu mendapatkan tempat di dalam pasar. Harga Liberica di bawah Arabika dan di atas Robusta. Dari segi rasa di bawah Arabika dan dibanding dengan Robusta sebagian besar menganggap sejajar, sisanya menganggap rasa Liberica mengungguli Robusta. Bisa dimaklumi jika berkaca pada keterjepitan Liberica dalam industri kopi, permintaan kopi tersebut tidak begitu besar seperti Arabika dan Robusta. Di Indonesia sendiri, pascapenggantian Liberica dengan Robusta, peredaran kopi itu nyaris menjadi legenda. Menurut Saladdin, salah seorang peneliti kopi di Indonesia kaget begitu dia membawa contoh kopi Liberica untuk diujicobakan citarasanya. “Masih ada kopi Liberica? Di peta kami kopi Liberica sudah tidak ada,” kaget sang peneliti kopi tersebut.
Kopi Liberica di Jambi dibudidayakan di tiga desa: 1) Serdang Jaya; 2) Pematang Lumut; dan 3) Betara Kanan. Dari segi proses masih bertumpu pada metode klasik, yaitu proses kering atau dry process. Dari segi luas, perkebunan Liberica di Jambi tersebar sebesar 2.500 ha. Dari segi ketinggian kopi Liberica di sana ditanam 50 m di atas permukaan laut (dpl). Total produksi Liberica kurang lebih sebanyak 920 ton per tahun. Dari segi harga, biji kopi asalan Liberica dibandrol mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 28.000 per kilogram. Hasil produksi sebagian besar diserap di Malaysia, sisanya yang sedikit di lokal. Saladdin berlomba dengan para eksportir memasarkan kopi Liberica untuk tingkat lokal.
DARI BERBAGAI MACAM SUMBER
Jenis kopi Liberika umumnya kurang disukai oleh konsumen karena rasanya terlalu asam. Jenis Liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal sisa-sisanya yang masih ada di beberapa tempat. Jenis kopi Liberika memiliki sifat-sifat : tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon berukuran besar bila dibanding dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buahnya.
Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali. Bunga dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja, melainkan juga terdapat pada batang pokok dan berbuah sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
Besar kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah kopi Liberika berukuran besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah dengan biji kering 10 : 1. Kopi Liberika dapat tumbuh pada dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis kopi Liberika tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang istimewa. Tepung sari jenis kopi Liberika ringan maka penyerbukan silang dapat berlangsung melalui angin dan serangga.
Posisi kopi Liberica pada masa sekarang terjepit: Arabika yang rentan penyakit, tapi harganya melambung tinggi, dan Robusta yang tahan penyakit dan berharga murah yang selalu mendapatkan tempat di dalam pasar. Harga Liberica di bawah Arabika dan di atas Robusta. Dari segi rasa di bawah Arabika dan dibanding dengan Robusta sebagian besar menganggap sejajar, sisanya menganggap rasa Liberica mengungguli Robusta. Bisa dimaklumi jika berkaca pada keterjepitan Liberica dalam industri kopi, permintaan kopi tersebut tidak begitu besar seperti Arabika dan Robusta. Di Indonesia sendiri, pascapenggantian Liberica dengan Robusta, peredaran kopi itu nyaris menjadi legenda. Menurut Saladdin, salah seorang peneliti kopi di Indonesia kaget begitu dia membawa contoh kopi Liberica untuk diujicobakan citarasanya. “Masih ada kopi Liberica? Di peta kami kopi Liberica sudah tidak ada,” kaget sang peneliti kopi tersebut.
Kopi Liberica di Jambi dibudidayakan di tiga desa: 1) Serdang Jaya; 2) Pematang Lumut; dan 3) Betara Kanan. Dari segi proses masih bertumpu pada metode klasik, yaitu proses kering atau dry process. Dari segi luas, perkebunan Liberica di Jambi tersebar sebesar 2.500 ha. Dari segi ketinggian kopi Liberica di sana ditanam 50 m di atas permukaan laut (dpl). Total produksi Liberica kurang lebih sebanyak 920 ton per tahun. Dari segi harga, biji kopi asalan Liberica dibandrol mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 28.000 per kilogram. Hasil produksi sebagian besar diserap di Malaysia, sisanya yang sedikit di lokal. Saladdin berlomba dengan para eksportir memasarkan kopi Liberica untuk tingkat lokal.
DARI BERBAGAI MACAM SUMBER