Edisi "memanfaatkan" jeda masa kuliah kali ini saya manfaatkan untuk menulis seorang Ibu yang tegas dan profesional, serta memiliki passion yang tinggi terhadap komoditas kopi.
Terdengar dari kejauhan melalui sambungan telpon perkataan, ajakan, penjelasan, yang saya dengar dari beliau menunjukan kepada saya sekilas profile Ibu. Marwiyah, akan tetapi setelah bertemu dengan beliau secara langsung, dalam sebuah event pameran komoditas organik di n'dalem Pujokusuman 10/05/2015, kekaguman saya semakin menjadi, karena saya bertemu dengan sosok Ibu. yang bersahaja, akan tetapi memiliki pengetahuan yang luas mulai dari sejarah, karakter tanaman kopi yang menjadi komoditas andalannya, hingga cara pulp up, roasting, dan cupping yang benar. Sambil mempersiapkan boot tenant-nya beliau menjelaskan banyak hal mengenai kopi jawa atau "the real "JAVA COFFEE MOKA". Yang oleh beliau dinyatakan memiliki nilai legendaris yang luar biasa.
Terdengar dari kejauhan melalui sambungan telpon perkataan, ajakan, penjelasan, yang saya dengar dari beliau menunjukan kepada saya sekilas profile Ibu. Marwiyah, akan tetapi setelah bertemu dengan beliau secara langsung, dalam sebuah event pameran komoditas organik di n'dalem Pujokusuman 10/05/2015, kekaguman saya semakin menjadi, karena saya bertemu dengan sosok Ibu. yang bersahaja, akan tetapi memiliki pengetahuan yang luas mulai dari sejarah, karakter tanaman kopi yang menjadi komoditas andalannya, hingga cara pulp up, roasting, dan cupping yang benar. Sambil mempersiapkan boot tenant-nya beliau menjelaskan banyak hal mengenai kopi jawa atau "the real "JAVA COFFEE MOKA". Yang oleh beliau dinyatakan memiliki nilai legendaris yang luar biasa.
SEJARAH KOPI JAWA MOKA
Pada tahun 1825-1830 di Perbukitan Menoreh Belanda melakukan penanaman
Kopi dan Kakao. Penanaman ini dilakukan secara paksa. Beberapa daerah
yang menjadi areal penanaman kopi dan kakao seperti: Pedukuhan kampong,
Pedukuhan Tanjung, Pedukuhan Promasan. Kopeng, Pedukuhan Kajoran,
Samigaluh, dll. Kopi Moka artinya sama dengan kopi Java. Kopi Moka
terjadi di bukit Menoreh karena persilangan akar antara kopi robusta dan kakao
sehingga disebut kopi Moka. Biji atau green kopi dari Kopi Jawa ini, keci-kecil sebesar kedelai lokal bahkan dapat dikatakan memiliki ukuran setengah dari ukuran Robusta yang asli tanpa persilangan.
Pada zaman setelah kemerdekaan Kebun kopi Moka di perbukitan lereng Menoreh dipegang oleh Ir. Sukarno Hatta. Sekitar tahun 1950an, pakar dari Belanda datang ke Indonesia untuk memastikan keberadaan Kopi Moka di Indonesia. Setelah pemerintah Sukarno berakhir kelestarian kopi Moka di lanjutkan oleh Presiden RI ke-2 Suharto. Pada tahun 1983 tiga profesor dari Belanda datang ke Istana Negara yaitu Prof. Vanden Ler, Prof. Ketty, dan Prof Mei. Setelah mendapatkan izin dari Suharto ketiga professor ini bersama dengan Muchtar Hadikusuma pergi ke perbukitan Menoreh yang lokasinya terletak di Daerah Istimewa Jogjakarta Kabupaten Kulon Progo. Sebagai tempat transit saat itu adalah Sendangsono. Kemudian menyusuri daerah di Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Samigaluh hingga ke Suroloyo.
Setelah swasembada pangan keberadaan Kopi Moka di Indonesia terlantarkan. Baru 5 tahun terakhir ini sejak tahun 2008 keberadaan Kopi Moka mulai terlusuri lagi dan dengan berbagai usaha untuk mengembalikan kesuksesan legendaris kopi Moka yang ada di Indonesia Perbukitan Lereng Menoreh.
SANGGA LANGIT
Menariknya lagi di daerah menoreh, menurut keterangan beliau masih ada beberapa daerah yang terdapat kopi yang sudah berumur sangat tua dan memiliki ketinggian hinga lebih dari 6 meter, sehingga sering dijuluki "sangga langit" atau tiang penopang langit. Dalam mempromosikan kopi moka atau java coffee ini ke teman-teman pelanggan kopi, saya menggunakan nama kopi "Sangga Langit.
Banyak
informasi tentang kopi moka yang Beliau bagikan kepada saya, termasuk
juga bagaimana cara beliau melakukan roasting secara tradisional, dan
keseriusan beliau dalam strategi roasting tersebut, yaitu memasak biji
kopi dengan kayu bakar dan periuk tanah liat untuk menjaga mutu dan cita
rasa kopi, serta mengandalkan kepekaan pendengaran dalam mendengar
first and second craking serta pengamatan perubahan warna yang terjadi tanpa alat bantu yang canggih.
JAVA COFFEE MOKA masuk dapur Uji Rasa KOPI BANYUMAS
Sepulang dari pertemuan tersebut, saya melakukan "test rasa" dengan metode manual brewing menggunakan MOKA POT ukuran sedang [hadiah dari teman seorang petani sayuran organik di bogor], saya memasaknya dengan api biru kecil dan menggunakan air sumur asli Dsn. Klaci II Margoluwih "Sayegan" - Sleman.
Hasilnya cukup mengejutkan, yaitu: low acidity, smooth and soft bitter, dengan aroma moka yang cukup lumayan terasa, walaupun tidak strong enough. Setelah saya icip-icip 1 shot, saya segera membagi espresso pada moka pot pd beberapa cup [@ 1 shot ], saya mulai membuat beberapa varian menu, dari Espresso, Americano with Honey, Mocktail Orange Soda, MInt & Coffee, dan saya kemas pada toples kaca [thanks stickernya bu....] untuk teman perjalanan ke Purwokerto. Kesimpulan saya [subyektif lhooo ini] kopi hasil roastingan Ibu. Marwiyah cukup oke dan bisa bersaing dengan kopi jenis yang lain, terutama dalam aplikasi banyak varian menu dasar kopi. Saran saya adalah mengenai kemasan, supaya menggunakan alumunium foil, atau kantong yang dapat mengantisipasi 3 musuh utama kopi setelah roasting, yaitu: sinar matahari langsung, udara terbuka, dan aroma kuat selain kopi [mis: parfum, atau bumbu-bumbu yang beraroma tajam]
Perusahaan Kopi Moka Menoreh, memiliki beberapa unit usaha, yaitu kopi organik, KEDAI KOPI tradisional dan pupuk kompos organik. Perusahaan ini juga menyediakan kopi gelondong basah merah, kopi ose kering, kopi yang sudah roasted, dan menjadi guide dalam kopi tour di perbukitan menoreh.
Perlu dicatat, sebuah klaim yang tegas dari Ibu. Marwiyah, bahwa kopi Moka atau Kopi Java, di Indonesia hanya ada dan ditemukan di
perbukitan lereng Menoreh. Selain Daerah Perbukitan Menoreh tidak ada
Kopi Moka atau Java. Fakta ini berlaku bagi yang tahu dan menghargai
sejarah atau legendaris kopi moka itu sendiri. Kopi Moka Di lereng
Perbukitan Menoreh memiliki nilai legendaris yang mahal.
Akhirnya, saya menantang teman-teman peng-gila kopi untuk datang, melihat dan menikmati langsung kopi ini di lokasinya. Salam Sruput dan Jayalah Produk Kopi Indonesia.
note:
Contact Ibu Marwiyah:
Plantation and Factory: RT 22 RW 08 Madigondo. Sidoharjo. Samigaluh. Kulon Progo. DI. Yogyakarta.
Kedai Kopi: Jl. Kaliurang KM. 19 - Pakem - Sleman - DI. Yogyakarta
site: www.kopimokamenoreh.com